My Music


Neil Diamond - September Morn Mp3
Musicaddict.com

Tuesday, November 30, 2010

Puisi Untuk Ibuku....

Di kala resah ini kian mendesah dan menggalaukan jiwaku Kau ada di sana … Di saat aku terluka hingga akhirnya…tercabik-cabiklah keteguhan hatiku Kau masih ada di sana… Ketika aku lelah dan semangatku patah untuk meneruskan perjuangan, terhenti oleh kerikil –kerikil yang kurasa terlampau tajam hingga akhirnya aku pun memilih jeda!!! Kau tetap ada di sana… memberiku isyarat untuk tetap bertahan Ibu…kau basuh kesedihanku, kehampaanku dan ketidakberdayaanku "Tiada lain kita hanya insan Sang Kuasa, Memiliki tugas di bumi tuk menegakkan kalimatNya Kita adalah jasad, jiwa, dan ruh yang terpadu Untuk memberi arti bagi diri dan yang lain" Kata-katamu laksana embun di padang gersang nuraniku memberiku setitik cahaya dalam kekalutan berfikirku Kau labuhkan hatimu untukku, dengan tulus tak berpamrih Kusandarkan diriku di bahumu Terasa…kelembutanmu menembus dinding-dinding kalbuku Menghancurleburkan segala keangkuhan diri Meluluhkan semua kelelahan dan beban dunia Dan membiarkannya tenang terhanyut bersama kedalaman hatimu Kutatap perlahan… matamu yang membiaskan ketegaran dan perlindungan Kristal-kristal lembut yang sedang bermain di bola matamu, jatuh…setetes demi setetes Kau biarkan ia menari di atas kain kerudungmu Laksana oase di terik panasnya gurun sahara Ibu… Nasihatmu memberi kekuatan untukku rangkulanmu menjadi penyangga kerapuhanku untuk ,menapaki hari-hari penuh liku …semoga semua itu tak akan pernah layu! Ibu… Dalam kelembutan cintamu, kulihat kekuatan dalam tangis air matamu, kulihat semangat menggelora dalam dirimu, terkumpul seluruh daya dunia!

Tuesday, November 23, 2010

Ini dia yang kujanjikan. Terlambat dari jadwal yang saat itu kutetapkan ya? Eh, kutetapkan dalam hati saja ternyata. Tadinya rencana akan kubuat tulisan ini dalam sepekan sejak pertama kali komputer ini kupergunakan. Ternyata mulur sampai sekarang ini. Aduh, maafkan, maafkan. Kojing Asus K40IJ-VX266 (mati) terbuka dengan buku petunjuk di depannya Untuk menyingkat cerita, langsung saja kita mulai. Pertama kali, data dari komputer jinjing (kojing) ini, kira-kira sebagai berikut: Merk : ASUS Tipe : K40IJ-VX266 CPU : Intel Pentium Dual Core T4500 2,3GHz RAM : 2GB DDR2 800 GPU : Intel GMA 4500M HDD : WD 320GB, 8MiB buffer, 5400rpm ODD : 8X Super-Multi dual layer WLAN : 802.11 a/b/g/n (atau draft n ya? Entah) Monitor : 14" HD (lampu latar: LED) Baterai : 6 sel Papan ketik : QWERTY tata letak AS (Amerika Serikat) OS : Tidak ada Harga pembelian kojing ini pada saat itu adalah empat juta enam ratus ribu rupiah. Tipe ini (J) adalah yang paling murah dari keluarga ASUS K40I. Berturut-turut dari yang termahal hingga ke yang termurah (kalau tidak salah ingat): K40ID, N, E, J. Spesifikasi lain - bentuk, besaran memori, besaran kandar keras (HDD), WLAN, ODD, layar monitor, dsb - pada dasarnya sama. Mungkin ini yang membuat Asus bisa menekan harga keluarga kojing ini. Perbedaan utama tipe-tipe ini adalah pada peranti proses grafis (yang secara langsung atau tidak, memengaruhi chipset/north bridge dan south bridge yang digunakan). Tiap-tiap tipe memiliki subtipe yang dibedakan oleh jenis prosesor yang digunakan. Tipe K40IJ sendiri ada yang ditenagai peranti proses utama dari keluarga "core 2 duo" dan "pentium dual core" dari Intel. Seri dengan prosesor core 2 duo (T6xxx) berharga lebih mahal daripada seri dengan prosesor dual core. Pada kasusku, bedanya cukup lumayan, sekitar lima ratus ribu rupiah. Kojing dalam keadaan tertutup dan tersambung ke jaringan listrik Sepintas pandang Dari pandangan luar, komputer ini terkesan rapi, dan sederhana. Kulit luarnya tidak bertekstur, hanya diberi motif titik-titik, dan cenderung mengilap (glossy). Dari pengalamanku, jenis yang seperti ini mudah mengundang sidik jari untuk menempel. Tata letak papan ketik juga logis, dengan semua tuts untuk keperluan mengetik berukuran seragam dan serupa dengan papan ketik komputer meja. Meskipun demikian, letak tuts "delete" yang berdekatan dengan "home" bisa menjadi gangguan untuk beberapa orang. Sisi kanan K40IJ-VX266, kanan ke kiri: lubang pengisi daya, RJ45/LAN, keluaran VGA, dua USB, masukan mikrofon, serta keluaran audio Komputer ini mempunyai 4 lubang untuk perangkat USB. Dua di sisi kanan, dan dua di kiri. Tidak terlihat ada selot ekspansi lain seperti PCMCIA, "express card" atau semacamnya. Meskipun demikian, lubang USB yang berjumlah 4 sepertinya tergolong cukup 'langka' dan banyak untuk standar kojing masa kini. Sisi depan dan tata letak papan kunci K40IJ (dan seri K40I umumnya) Penempatan tombol saklar nyala/mati di pojok kanan atas juga cukup membantu pengguna bertangan kanan, meskipun agak kurang ramah untuk pengguna kidal. Lampu-lampu indikator juga tidak banyak, hanya ada enam (tiga di dekat saklar nyala/mati, tiga di tepi yang nampak meskipun saat kojing dalam keadaan tertutup). Di bawah lampu indikator yang dekat dengan pengguna, ada tonjolan. Tidak, ini bukan semacam kenop untuk membuka kojing. Tonjolan itu berasal dari replika kartu memori SD/MMC yang dimasukkan ke dalam lubang pembaca memori flash. Menurut tulisan di dekat lubang tersebut, kojing ini diklaim dapat membaca kartu memori tipe MMC, SD, dan MS. Sementara di kanan dan kirinya ada lubang pengeras suara. Kojing ini cukup berbobot, dalam artian berat. Diklaim memiliki berat 2,4 kilogram. Ukuran layar yang besar dan integrasi kandar optik sepertinya merupakan penyumbang utama berat kojing ini. Sisi kiri (dari pengguna) (dari kiri ke kanan) diisi kandar optik, dan dua lubang USB Adapun rancangan kojing ini yang juga agak berbeda dari kojing yang banyak dijumpai adalah penempatan baterai. Rancangan lubang buangan panas yang sepenuhnya di belakang layar monitor tidak memungkinkan baterai dengan ukuran yang cukup untuk ditempatkan di sisi yang sama. Baterai yang diklaim memiliki 6 sel ini pun akhirnya diletakkan di bawah palm rest di sisi kanan pengguna. Penempatan baterai pun cukup baik, tersembunyi di bawah penutup, sehingga tidak mengesankan kekosongan saat baterai dicabut. Sepanjang jalan Dari pandangan tadi, saatnya mengulas hal-hal terkait kinerja kojing ini. Tidak, tidak. Tak ada tolok ukur kuantitatif di sini, kecuali beberapa yang sederhana yang bisa kuakses. Mengingat awalnya kojing ini tidak dilengkapi sistem operasi (SO), tentu hal pertama yang diperbuat adalah mengisi kojing ini dengan SO. Untuk kepentingan prinsip dan masa mendatang (siapa tahu ada rizki untuk menambah ukuran RAM), aku memilih Linux Mint 9 (nama kode: Isadora) x64 (versi 64-bit). Stiker yang ditempel di sebelah kanan touchpad menyatakan "IceCool Palm Rest, serta keterangan lain Oke, kita awali dengan pembuktian klaim 'sedingin es' (biasa lah, bahasa pemasar) dari pabrikan. Menurut Asus, seri K40I ini dioptimasi agar tetap nyaman bagi pengguna. Kenyamanan ini berupa suhu tempat kita meletakkan tangan untuk mengetik (palm rest) yang diklaim 25% lebih rendah dari suhu tubuh. Kalau suhu normal adalah 37 centigrade, maka setidaknya suhu palm rest berada pada kisaran 28 °C. Aku tidak punya termometer, tetapi dari yang kurasakan, setidaknya rasa panas yang kadang timbul di daerah palm rest bisa dibilang tidak ada. Rancangan pembuangan panas keluarga kojing ini yang diletakkan seluruhnya di sisi belakang, dan tidak ada lubang pembuangan di sisi kanan maupun kiri, sepertinya sangat membantu. Stiker klaim dari pabrikan, touch pad, serta lampu indikator (kiri-kanan) aktivitas HDD (mengedip tidak teratur, warna hijau LED); baterai lemah (jingga mengedip teratur)/mengisi baterai (menyala jingga), dan; keadaan kojing (saat stand-by mengedip) Sejauh ini, aku belum pernah mengalami suhu yang tinggi (dalam artian panas yang terasa berlebihan) pada komputer ini, baik di sisi palm rest tersebut, maupun sisi lain. Bahkan lubang buangan panas di sisi belakang pun maksimum hanya terasa hangat, tidak ada yang berlebihan. Bahkan setelah waktu berjalan sampai dua hari lewat, tidak terasa panas yang berlebihan - hal yang baik untuk barang elektronik, tentu saja. Ah, Mark Twain. Kadang jenaka. Eh, maksudku, kojing cukup sering ditinggal dalam modus stand by pada akhir pekan. Misalnya kali itu, dua seperempat hari Layar bergetar Adapun mengenai monitor, ada dua hal yang kukeluhkan, meskipun mungkin tidak umum. Yang pertama adalah kontras monitor yang kurasa berlebihan. Saat pengaturan kecerahan melalui kombinasi tombol fungsi (fn+F5 untuk meredupkan, F6 untuk mencerahkan) sudah mencapai titik terendah, monitor ini masih terlalu terang. Putih yang dihasilkan habis (white wash) dan hitam juga. Hal ini mengganggu, terutama saat menyunting foto dengan beda kekontrasan yang keras. Hal ini bisa diatasi dengan pengaturan kontras melalui peranti lunak (yang selalu kujalankan di awal menyalakan komputer). Untuk sistem GNU/Linux, bisa gunakan peranti "xcalib". 80% dari kekontrasan terendah cukup. Untuk "kalibrasi" yang gratis bisa berkunjung ke photofriday, andalanku. Yang kedua mengenai monitor adalah, bahwa monitor terkadang seperti mengedip atau bergetar. Sebab pastinya belum kuketahui, mengingat kemunculannya yang tiba-tiba dan tak terduga. Yang jelas, gambar seperti bergetar/beriak selama kurang dari sedetik sebelum kembali normal. Sejauh ini tidak terlalu sering, tetapi kalau sekiranya nanti menjadi-jadi, tentu ini harus kukonsultasikan dengan penyedia layanan perbaikan. Lanjut ke bagian kedua ya? Daya tahan baterai, sampai kesimpulan. Maaf terpaksa diputus. :) -- Bersambung written on 21. Jul 2010 NB: Semua merk dagang adalah milik pemiliknya yang sah, dan dipergunakan hanya untuk kepentingan penerangan. Dituliskan (kembali) oleh ArIf pada 22:26 0 komentar Label: Asus K40IJ, Komputer, Laptop, Notebook Ulasan: Komputer jinjing ASUS K40IJ VX-266 (bagian II) Daya tahan Oke, dari bagian pertama, kita sampai pada layar monitor. Pada bagian kedua ulasan pribadi saya tentang kojing ASUS K40IJ VX266 ini kumulai dari daya tahan baterai. Baterai kojing ini sendiri diklaim memiliki enam sel. Tidak kutemukan klaim daya tahan baterai untuk kojing ini, tetapi dari pabrikan lain mengklaim kojing dengan baterai sejenis dapat bertahan selama 3 jam. Uji cobanya sederhana saja. Kojing dipergunakan dulu sampai Isadora (Linux Mint 9) memperingatkan bahwa daya hampir habis dan akan segera berhibernasi. Keadaan baterai menurut indikator/applet baterai berada pada posisi tersisa lima menit. Kemudian, pengisi daya disambungkan ke jala-jala listrik PLN. Lampu indikator baterai berwarna oranye pun menyala menunjukkan pengisian tengah berlangsung. Pengisian selesai ditandai dengan lampu indikator yang mati Kemudian, kojing dinyalakan, sistem operasi dimuat, dan digunakan seperti biasa. Definisi biasa di sini adalah: pengetikan dokumen dengan OpenOffice.org writer 3.2, perambahan internet dengan Mozilla Firefox 3.6, WLAN aktif, pembaruan/update otomatis berjalan di latar belakang, tidak menyetel musik maupun video, serta aplikasi IM (pidgin) pun siaga. Hasilnya? Bervariasi. Kadang saat sedang merambah, aku pun iseng menjalankan permainan online (zuma, inca balls, bejeweled). Saat itu, baterai hanya bertahan mungkin sekitar 1 jam 30 menit hingga 2 jam. Tetapi saat murni bekerja (dan merambah internet), fungsi uptime menunjukkan peringatan untuk mengisi ulang daya baterai tiba saat SO telah berjalan sekitar 2 jam 45 menit hingga 3 jam kurang beberapa menit dengan rerata beban antara 0,6 (60%) hingga 90%. Menawan. Peran lampu latar LED sepertinya cukup besar di sini. PEMBARUAN: Penggunaan tanpa WLAN memperpanjang waktu komputer dapat berjalan, tanpa penambahan panas buangan. Perpanjangan sampai dengan 45 menit untuk penggunaan ringan, atau total 3 jam 45 menit untuk membaca buku elektronik dan mengetik/membuat dokumen. Tombol-tombol cepat Ketiadaan kenop-kenop ataupun tombol kendali luar selain tombol daya membuat komputer ini banyak mengandalkan kombinasi tombol untuk mengatur peranti kerasnya. Tombol fungsi (Fn) yang dikombinasi tombol lain menmegang peran di sini. Tombol berwarna biru (maaf untuk kamu yang tidak membedakan warna) yang diapit tombol 'Ctrl' dan tombol jendela/bendera berkibar (logo windows) ini dapat mengaktifkan 19 fungsi berbeda (dibagi dalam 11 kelompok fungsi). Fungsi tersebut tersebar di deret atas (F1, F2, F5-F12, serta Insert dan Delete di pojok kanan atas) untuk memerintahkan pelbagai fungsi terkait komputer: sleep, mengaktifkan WLAN, touchpad, volume suara (mati, naik ,turun), pengaturan kecerahan layar, pemilihan keluaran tampilan (monitor atau layar/presentasi), serta dua kunci papan angka dan pergeseran (Num. Lk dan Scroll. Lk). Adapun emulasi tombol angka seperti pada papan ketik komputer meja ada di sebagian deret angka dan huruf di papan kunci yang akan aktif bila menekan Fn+Insert (Num. Lk). Fungsi Scr. Lk belum berhasil aku jalankan di Isadora, juga di beberapa versi Linux Mint yang sebelumnya di komputer meja. Berikutnya pengendali multimedia. Suara/musik lebih tepatnya. Tombol panah dapat beralih fungsi menjadi tombol mainkan, hentikan, lagu selanjutnya, maupun lagu sebelumnya. Meski demikian, ada 3 fungsi lagi yang tidak berhasil bekerja di lingkungan Isadora yang kupegang. Ada gambar monitor komputer meja bertuliskan huruf S, kamera (kamera web sepertinya), dan tombol "ASUS 4 Power Gear" (pengaturan manajemen daya, kalau tidak salah mengartikan). Sepertinya itu terkhusus untuk SO berlogo bendera berkibar itu. Sejauh ini, respon tiap-tiap tombol yang beroperasi cukup baik, kecuali pengaturan kecerahan layar. Tapi itu tidak masalah untukku, kecerahan kuatur di posisi terendah (yang ternyata terlihat terlalu terang juga), kemudian kecerahan lebih rendah didapat melalui peranti lunak. xcalib nama peranti itu, kecil ringan dan berbasis baris perintah. Tetapi tetap efektif. Multimedia Dari stiker (ee.. Sablonan?) yang ada di pojok kiri atas papan ketik, keluaran suara dipegang oleh Altec, salah satu merk yang jamak ditemui, meskipun bukan merk papan atas seperti HK, JBL, atau yang lainnya (kata @panji sih begitu :D). Suara yang dihasilkan jernih, cukup jelas untuk mendengar pembicaraan atau percakapan, dari film misalnya. Akan tetapi, begitu beralih ke musik, baru terasa suaranya ternyata datar. Frekuensi rendah (bass) tidak keluar, dan frekuensi tinggi rasanya masih agak kurang (jangan tanya kurang apa. Kurang, kalau dibanding suara dari pelantang yang menengah yang diturunkan dari ayahku). Penempatan lubang pengeras suara di dekat tempat meletakkan tangan dan menghadap ke bawah sepertinya memengaruhi keluaran suara. Sebab permukaan yang berbeda menghasilkan suara yang lain pula. Mengenai kamera 1,3 megapiksel yang tersedia di atas tengah layar monitor, pendapatku masih cukup baik. Pada keadaan cahaya yang cukup. Menggunakan aplikasi 'cheese', dalam temaram lampu 11W CFL di ruanganku hasilnya penuh noise (pasir). Tetapi, di ruang yang sama pada siang hari, hasilnya cukup lah untuk sensor kecil. Berikut gambar-gambar yang pernah diambil di berbagai pencahayaan. Klik untuk versi lebih besar. Dari kiri searah jarum jam: lampu CFL ~20W ruangan luas, cahaya matahari, beberapa lampu TL 40/60W di lab. Simpulan Sejauh aku menggunakan kojing ini, aku masih puas. Poin plus untuk daya tahan baterai dan touchpad yang mengenali sentuhan beberapa jari (satu untuk geser juga klik, dua jari menggulung, tiga jari klik kanan) merupakan fitur yang sangat berguna untuk kegunaan sehari-hari. Meskipun penggunaan tablet/digitiser lebih disarankan saat mengolah foto. Tombol kombinasi multimedia juga berguna, saat tiba-tiba ada keperluan, musik bisa ditahan dulu dengan dua sentuhan saja. Tidak repot. Meski demikian, hal yang menjadi kendala adalah struktur papan ketik. Pengetik buta seperti aku (maksudnya, tidak melihat papan ketik saat mengetik) sering salah menekan tombol delete menjadi home (lalu terhapus dari depan), atau panah kanan dengan end, juga panah atas alih-alih enter/return. Pada kojing yang kupakai, tombol backspace terkadang menghapus banyak huruf sekaligus, meskipun hanya mendapat sentuhan ringan. Ini cukup mengganggu, meskipun bisa diatasi dengan menekan tombol tersebut dengan mantap. Mengingat ini kojing pertamaku dan ulasan pertamaku, kurasa tidak patut ku mengkuantifikasi penilaian tadi. Mudah-mudahan bermanfaat. -- F I N written until 15. Okt 2010, 20.54 WIB (GMT+7), 21.54 WITa (GMT+8) Mengulas lagi atau tidak ya? Hmm.. :D

Wednesday, June 23, 2010

Muhasabah Diri, Menghambakan Diri Kepada Yang Maha Agung

Tiada apa yang lebih bermakna selain dapat bermuhasabah diri supaya dapat merenung seketika sejauh mana telah kita capai dalam kehidupan ini. Seimbangkan antara tanggungjawab sebagai hamba-NYA dan juga tanggungjawab didunia. Sementara masih sihat. Masih mampu berdiri tegap dan mampu kesana kemari. Apatah lagi mampu berfikiran waras serta dapat mengawal emosi. Eloklah diberi keutamaan dalam proses muhasabah diri. Letak diri didalam taraf paling rendah supaya dapat berfikiran dari segenap sudut untuk proses defensif yang paling baik. Duniawi juga penting. Syurgawi lagilah penting. Seimbangkan kedua-duanya kerana ianya adalah tanggungjawab kita sebagai manusia yang dimuliakan. Sementara nyawa dikandung badan, renung-renungkanlah dan fikir-fikirkanlah! Merepek!? Aku tidak merepek tetapi sedemikianlah gabungan hati dan fikiran aku setelah beberapa lama mendiamkan diri. Aku cuba mencari semula jalan kebenaran. Semakin hari semakin tenang, semakin hari semakin banyak perkara pelik yang mendatangi aku. Nikmat dari-NYA semakin terasa nyata. Tapi aku rasa tidak cukup hanya merasa sedemikian. Kesempatan ini aku benar-benar menginsafi diri dan perlunya aku memohon keampunan dari semua yang mengenali diri ini sama ada aku pernah termakan dan terminum yang bukan hak aku, tersalah laku dan kata, mungkin juga tak sengaja berdusta, dan juga kepada yang pernah dilukai hatinya. Bagi aku, dosa dengan tuhan mudah untuk aku mengadu dan bermohon secara terus tetapi dosa dengan manusia nampak seperti mudah tetapi sukar untuk dileraikan.

Sunday, March 14, 2010

Jenang Apel Khas Kota Batu

Ilustrasi Bermodalkan produksi apel di daerah Batu Jawa Timur (Jatim) dan tekad menjadi wiraswasta, mengembang kan bisnis jenang apel bisa jadi pijakan menjadi pengusaha. Dengan kegigihan dan mental pantang menyerah, Samsul Huda berhasil menjadi pengusaha makanan berbahan baku buah-buahan. Lulusan Fakultas Pertanian Unisma, mengawali bisnisnya dengan memproduksi jenang apel pada bulan Maret 2001.Huda memilih jalur berwira usaha jenang apel bukan tanpa pertimbangan.Pertama, di sekitar tempat tinggalnya, yaitu di sekitar Desa Bumiaji, merupakan kawasan pertanian apel. Dengan demikian secara ekonomi, Huda tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk mendatangkan bahan baku.Kedua,apel merupakan produk khas Kota Batu yang tidak mungkin disaingi daerah lain. Dia yakin,orang Surabaya atau Jakarta tidak mungkin akan membuat jenang apel. Karena untuk mendapatkan bahan bakunya saja sudah butuh biaya besar. Lalu pertimbangan berikutnya adalah dia ingin memberdayakan petani apel di sekitar tempat tinggalnya yang sering rugi karena harga jual apel dari kebun mereka selalu dibeli murah oleh para tengkulak. “Kini impian saya menjadi kenyataan. Setelah dua tahun berjibaku memasuki tahun ke tiga hingga sekarang ini alhamdulillah usaha kami lancar. Permintaan jenang apel terus bertambah,” bebernya. Perusahaan rumahan miliknya, saat ini terus memproduksi jenang apel,minuman sari apel,dodol apel, keripik apel dan aneka keripik buah.“Kini bukan cibiran yang saya dapatkan, tetapi acungan dua jempol untuk saya. Sebab, usaha yang saya dirikan sejak tahun 2001 itu sudah banyak membawa manfaat bagi warga Desa Bumiaji dan Kota Batu,”ungkapnya. Huda mengawali bisnis jenang apel dengan modal hanya Rp5 juta. Bersama beberapa temannya, dia menjalani dua tahun pertama yang sulit. Modal yang didapat orang tuanya digunakan membeli apel, gula, tepung dan peralatan pembuat jenang apel. Pada tahap ini, dia harus bisa menciptakan jenang apel yang bisa dikonsumsi oleh seluruh masyarakat di Jatim. Bersama rekannya, Huda terus membanting tulang agar jenang apel hasil produksinya bisa laku di pasaran “Selama dua tahun kami masih banyak merugi. Karena belum kenal pasar dan hasil produksinya masih banyak yang gagal. Setelah sekian kali bereksperimen, kami temukan komposisi yang pas dan kami patenkan hingga sekarang ini,”ujar Huda. Meski sulit, Huda tidak putus asa mengembangkan bisnisnya. Dia tetap membina jaringan baik dengan petani maupun pedagang. Bahkan, jaringan dengan pemerintah Kota Batu juga terus dijalankan dengan baik. Saat ini, Huda telah mempunyai relasi dengan puluhan bahkan ratusan petani apel serta agen makanan dan minuman ringan di wilayah Malang Raya hingga kota-kota lain di Jatim. Kecilnya usaha membuat Huda tidak puas. Dia sadar untuk mengembangkan usaha butuh modal tambahan. Huda kemudian mendekati Dinas Perindustrian dan Perdagangan,Kota Batu.Rupanya usaha ini membuahkan hasil. Disperindag Kota Batu menjadi jaminan di Bank Mandiri sehingga Huda mendapatkan suntikan modal Rp5 juta lagi. Begitu usahanya lancar sehingga pada enam bulan berikutnya dia mengajukan kredit ke bank Jatim senilai Rp10 juta dan direalisasikan. Huda percaya, investasi harus terus dijalankan. Berikutnya, wira usaha butuh sebuah paksaan.Baik paksaan modal, kemauan, dan kesungguhan.Karena dengan paksaan itu,menurut Huda akan timbul kebiasaan. Lalu, harus tertib manajemen. Baik manajemen keuangan, produksi, dan pemasaran. Setiap keluar masuk barang dan uang di perusahaan harus terdokumentasikan dengan rapi dan mudah dipahami. Soal manajemen produksi, seorang wira usaha harus sanggup mencari pola yang sederhana,agar jam kerjanya pendek, tetapi bernilai produksi tinggi. Lalu manajemen pemasarannya. Seorang pengusaha harus berani bersaing di pasaran dan sanggup menciptakan desain barang yang mudah untuk diingat konsumen. Yang tidak kalah penting menurut dia, pola hubungan antara bos dan karyawannya harus terbangun dengan baik.Karyawan jangan ditempatkan sebagai buruh atau pekerja. Namun, harus ditempatkan sebagai bagian dari keluarga agar timbul rasa kekeluargaan dan saling menghargai sesama. Menjadi bagian keluarga akan membuat karyawan ikut bertanggung jawab terhadap kelangsungan usaha. “Dulu ibu-ibu yang bekerja di tempat kami ini awalnya bekerja sebagai buruh tani. Dengan upah Rp10 ribu per setengah harinya. Kini gaji mereka bisa bertambah besar dan tidak kepanasan serta tidak terlalu menguras keringat karena kerja di dalam ruangan,”ungkap Huda. “Begitulah seterusnya, setiap tahun kami menambah jumlah kredit Rp10 jutaan. Sekarang ini karena saya sudah memiliki agunan dan usaha kami lancar, kemudian neraca keuangan perusahaan selalu positif, pihak bank memberikan tawaran kredit Rp1 miliar.Namun saya tolak, karena kami ingin cara alami.Yaitu dengan cara sedikit demi sedikit,supaya tidak terlalu membebani hidup,”ujarnya. Huda kini bisa tersenyum dan bisa menjadi contoh bagi wira usaha muda yang lain. Lantaran sekarang ini dia sudah memiliki karyawan sekitar 85 orang pekerja. Bahkan, dia bisa memberi upah karyawannya mendekati upah minimum kota (UMK) Kota Batu sekitar Rp978 ribu per bulannya. Dalam seharinya, perusahaannya sanggup memproduksi 500 kg apel menjadi jenang apel, dodol apel, minuman sari apel dan keripik apel. Termasuk memproduksi aneka keripik dari buah-buahan. Huda juga bisa menjadi tolak ukur keberhasilan anak desa yang sukses untuk mengembangkan usaha sendiri di rumahnya. Bisnis berawal dari modal Rp5 juta dan dipandang sebelah mata oleh tetangganya,tapi jika dilandasi dengan tanggung jawab dan kepercayaan bisa sukses.